Resensi Buku: Altar Ego

Judul : Altar Ego – Ego yang Dipersembahkan di Mezbah
Penulis : Craig Groeschel
Penerbit : Zondervan
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 257

Pengantar
Setiap orang pasti pernah bertanya, “Siapakah aku sebenarnya?” Pertanyaan ini muncul ketika seseorang terjebak oleh label negatif, kegagalan masa lalu, atau tekanan budaya modern. Craig Groeschel, pendeta sekaligus penulis, menghadirkan Altar Ego sebagai undangan untuk meletakkan ego lama di mezbah dan bangkit dengan identitas baru dalam Kristus. Gaya penulisan Groeschel sederhana namun menyentuh hati, menuntun pembaca melalui perjalanan rohani mulai dari melepaskan diri yang salah, menolak relativisme budaya, hingga menyerahkan pembenaran diri untuk hidup dalam ketaatan yang bergairah.

Ringkasan Isi Buku
Bagian pertama membahas pentingnya melepaskan identitas keliru untuk menemukan diri sejati dalam Kristus. Banyak individu terperangkap oleh label negatif sejak kecil, seperti “tidak cukup pintar” atau “selalu gagal” dimana ini membatasi perkembangan jati diri.

Injil menawarkan perspektif transformatif yaitu kita adalah ciptaan baru, mahakarya Allah. Untuk hidup utuh, identitas lama perlu ditinggalkan agar seseorang dapat menjalani panggilan sebagai anak Allah secara otentik.

Bagian kedua menekankan perlunya menanggalkan relativisme budaya demi prinsip kekal. Budaya modern sering memandang kebenaran sebagai hal subjektif, sehingga arah moral menjadi kabur. Groeschel mendorong pembaca memegang teguh integritas, kerendahan hati, kasih, dan pengendalian diri sebagai fondasi stabil untuk menghadapi perubahan zaman.

Bagian ketiga menyoroti pengorbanan pembenaran diri demi ketaatan yang lahir dari kasih. Ego mendorong pembenaran kesalahan atau meremehkan dosa, padahal iman sejati menuntut respons yang lahir dari cinta, menghasilkan sukacita, transformasi, dan kesaksian hidup yang autentik.

Analisis Pribadi
Buku ini memiliki kekuatan utama pada gaya penulisan yang sederhana, komunikatif, dan dekat dengan pengalaman sehari-hari pembaca. Groeschel berhasil menjembatani konsep teologis yang mendalam menjadi renungan praktis yang mudah diaplikasikan, terutama bagi generasi muda yang haus akan arahan rohani. Struktur buku yang teratur membuat perjalanan membaca terasa logis, dari identitas, nilai, hingga ketaatan, dan kutipan-kutipan singkatnya mudah diingat serta dijadikan pegangan hidup. Namun, beberapa ilustrasi terasa sangat kontekstual dengan budaya Barat, sehingga pembaca Indonesia perlu
menyesuaikan relevansinya. Selain itu, bagi pembaca yang terbiasa dengan literatur teologis akademis, buku ini mungkin tampak sederhana dan repetitif. Meski demikian, kesederhanaan itulah yang membuat pesan rohani dapat diterima dengan mudah oleh pembaca awam.

Refleksi Pribadi
Sebagai pembaca yang sedang belajar konseling, buku ini menyentuh bagian terdalam hatiku. Bagian pertama mengingatkan bahwa identitas sejati bukan ditentukan oleh kegagalan masa lalu, melainkan oleh kasih Kristus. Bagian kedua menantang untuk tetap teguh memegang nilai kekal di tengah tekanan budaya dan media sosial. Bagian ketiga mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, melainkan respons penuh cinta kepada Allah. Membaca buku ini membuatku ingin mempersembahkan hidup dengan sukacita, bukan sekadar memenuhi kewajiban atau pembenaran diri.

Kesimpulan
Altar Ego karya Craig Groeschel adalah bacaan relevan bagi siapapun yang ingin menemukan arah hidup dan pemulihan diri. Buku ini tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga mengajak pembaca melakukan transformasi nyata dengan meninggalkan ego lama, memeluk nilai kekal, dan hidup dalam ketaatan yang bergairah. Meskipun ada beberapa ilustrasi yang kontekstual dengan budaya Barat, kekuatan pesan rohaninya tetap mampu menembus batas budaya. Buku ini cocok bagi remaja, orang muda, maupun orang dewasa yang ingin mengenal jati diri sejati dalam Kristus, serta menjadi sahabat perjalanan rohani yang setia.

Resensi: Novianti Tampubolon – Juara Pertama Ulas Buku Bareng PAKSU 2025

Comments are closed.